El Barca Es Mes Que Un Club

Selasa, 08 November 2011

4 Gelar Champions Milik Barcelona

1. Final london 1992 : FC Barcelona 1-0 Sampdoria (Ronald Koeman 111')


2. Final Paris 2006 : FC Barcelona 2-1 Arsenal (Campbel  37', Eto'o 76', Belletti 81')


3. Final Roma 2009 : FC Barcelona 2-0 Manchester United ( Eto'o 9', Messi 70')

4. Final London 2011 : FC Barcelona 3-1Manchester United ( Pedro 27', Messi 54', Villa 68', Rooney 33')



5 Legenda Barcelona Alumnus La Masia



La Masia, pusat pendidikan pemain muda Barcelona yang berlokasi di Sant Joan Despi, sebuah pinggiran Barcelona, adalah tempat lahirnya legenda sepakbola. Berikut lulusan La Masia yang jadi legenda Barcelona:


1. Josep Guardiola ( Kelahiran 1971) lulusan 1990










2. Seri Barjuan (Kelahiran 1971) lulusan 19993


3. Ivan De La Pena (Kelahiran 1976) lulusan 1995






4. Carles Busquest(ayah dari Sergio Busquest) (Kelahiran 1967) lulusan 1990




5. Jordi Cruyff (kelahiran 1974) lulusan 1994





Senin, 07 November 2011

Lambang Barcelona Dari Masa Ke Masa

ini adalah beberapa perubahan lambang barcelona dari dulu hingga seperti sekarang

Jersey Barcelona Dari Masa Ke masa

ini adalah jersey barcelona dari tahun 1899-2010



Zlatan Ibrahimovic - Pembelian Terburuk Barca Sepanjang Sejarah


Presiden Barcelona, Sandro Rosell menyebut pembelian Zlatan Ibrahimovic  pada 2009 sebagai transaksi terburuk dalam sejarah Barcelona. Saat itu Ibrahimovic bergabung di klub Catalan dari Inter, ditukar dengan Samuel Eto'o. Kesepakatan ini membuat Barcelona harus mengeluarkan uang hingga 635 miliar rupiah.
Ibrahimovic tidak mampu bersinar di Barca dan akhirnya dipinjamkan selama setahun di AC Milan pada 2010. Pemain Swedia itu akhirnya resmi bergabung di Milan pada musim 2010/11.
Menurut Rosell, pembelian ini menyebabkan Barcelona mengalami krisis keuangan yang sangat parah. Untuk menutup krisis itu Barca terpaksa menjual pemain belakang Dmytro Chygrynskiy ke Shakthar Donetsk pada 2010.
Barca juga harus meminjam uang ke sejumlah bank. Hingga kini klub itu masih mencicil utang dan bunga yang jumlahnya tidak kecil.

Minggu, 06 November 2011

5 Pembelian Terbaik Barca Sepanjang Masa

5. Gerard Pique
Bek jangkung ini didatangkan Barcelona dari Manchester United pada 2008 dengan nilai transfer 5 juta euro. Ia menjadi salah satu tembok dari generasi emas entrenador Josep Guardiola saat ini.
Pique telah mempersembahkan tiga gelar La Liga (2009-2011), Piala Raja (2009), dua Piala Super Spanyol (2009, 2010), dua Liga Champions (2009, 2011) dan Piala Super Eropa (2009). Catatan itu dipastikan akan menjadi penyesalan terbesar manajer MU, Sir Alex Ferguson yang telah melegonya.


4. Hristo Stoichkov
Stoichkov didatangkan Barca dari CSKA Sofia pada 1990 dengan nilai transfer 3 juta euro. Penyerang tim nasional Bulgaria ini berhasil mempersembahkan lima gelar La Liga (1991-1994, 1998), Piala Raja (1997), tiga Piala Super Spanyol (1992, 1994, 1996), Liga Champions (1992) dan dua Piala Super Eropa (1992, 1997). Stoichkov juga masuk dalam generasi emas Barcelona saat ditangani entrenador Johan Cruyff. Bersama Laudrup, ia berhasil memenangkan segalanya. Stoichkov juga dianggap sebagai pembelian terbaik karena berhasil menipu Parma. Pada 1996, Barca menjual Stoichkov ke Parma dengan nilai transfer 11 juta euro. Namun, satu musim kemudian Parma menjual kembali ke Barca dengan harga hanya 3,5 juta euro.



3. Samuel Eto'o
Striker Kamerun ini didatangkan Barca dari Real Mallorca pada 2004 dengan nilai transfer 27 juta euro. Bersama Blaugrana, pemain yang disia-siakan Real Madrid ini berhasil mempersembahkan tiga gelar La Liga (2005, 2006, 2009), dua Piala Super Spanyol (2005, 2006), dan dua Liga Champions (2006, 2009).
Eto'o juga berhasil merebut gelar Pichichi atau top skor La Liga pada 2006. Namun, Barca akhirnya mencampakkan Eto'o setelah menyertakannya dalam transaksi dengan Inter Milan dalam pembelian Zlatan Ibrahimovic.



2. Ronaldinho
'Tukang sulap' Brasil ini didatangkan Barca dari Paris Saint-Germain pada 2003 dengan nilai transfer 32,25 juta euro. Barca mendatangkan Dinho setelah gagal mendapatkan David Beckham.
Namun, Barca pantas bersyukur. Bersama Barca, Ronaldinho telah mempersembahkan dua gelar La Liga (2005, 2006), dua Piala Super Spanyol (2005, 2006) dan Liga Champions (2006). Ronaldinho juga tercatat sebagai Pemain Terbaik FIFA pada 2004 dan 2005, plus menyabet Ballon d'Or pada 2005. Barca akhirnya melego Dinho ke AC Milan dengan nilai transfer 25 juta euro.



1. Johan Cruyff
Pria Belanda ini pantas ditempatkan sebagai pembelian terbaik sepanjang masa Barcelona. Ia didatangkan dari Ajax Amsterdam pada 1973 dengan nilai transfer 2 juta euro.


Cruyff memang hanya mampu mempersembahkan satu gelar La Liga (1974) dan Piala Raja (1978) bagi Barcelona. Namun, ia mendapat tempat teratas di mata fans Barca setelah mampu melahirkan generasi emas Barcelona yang berhasil menancapkan hegemoninya di Spanyol dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir. 


Sejarah El Clasico

Bicara rekor pertemuan antara Barca dan Real Madrid tentu punya catatan yang panjang. Meski demikian, secara total Madrid masih lebih unggul dari Barcelona. Dalam 159 laga yang telah dijalani kedua tim, Madrid berhasil menang 68 kali. Sementara El Barca hanya mengoleksi 60 kemenangan, sedangkan 31 laga sisanya berakhir dengan hasil imbang.
Tapi, banyak faktor yang membuat pertandingan ini selalu berjalan sengit, panas bahkan keras. Real Madrid dan Barcelona bisa dikatakan sebagai dua tim terbesar di Spanyol. Keduanya silih berganti menguasai La Liga, kendati sempat ada gebrakan dari tim seperti Valencia, Villarreal, Sevilla , Atletico Madrid atau Deportivo La Coruna. Nama Barca dan Madrid terlanjur dicap sebagai raksasa Spanyol.
Persaingan dua kota ini sudah terjadi sejak akhir 1800. Perbedaan budaya dan politik membuat hubungan kedua kota Katalunya dan Madrid ini meruncing. Akibatnya, sepakbola juga mendapat imbas dari persaingan ini.
Dari awal bergulirnya kompetisi Spanyol, rivalitas Madrid dan Barcelona terbentuk dengan sendirinya. Kedua tim sama-sama mewakilkan Castile dan Catalonia, dua wilayah yang memang memiliki unsur kuat dalam sepakbola.
Kadar rivalitas ini semakin melebar ke semua skala kultur, sosiologi, dan politik yang memaksa kedua kubu selalu bertolak belakang. Madrid adalah pusat pemerintahan Spanyol dan rumah keluarga kerajaan. Seisi kota masuk ke dalam pemikiran sentralisme.
Sebaliknya, ide-ide yang terbentuk di era modern, merebak di region Katalunya, terutama Barcelona. Budaya fashion baru, bentuk pakaian, rumah mode, filosofi, dan seni masuk lewat Barcelona.
Semasa kepemimpinan Jenderal Francisco Franco, segala identitas kedaerahan dibatasi. Kemudian muncul oerang saudara pada era 1930-an. Seorang tokoh Barcelona Josep Sunyol, pengacara, jurnalis, politikus, yang juga menjadi Presiden Barca, diculik dan dibunuh tentara Franco.
Di sepakbola, Madrid dan Barca terlibat perebutan Alfredo Di Stefano, bintang Argentina yang pindah warga negara Spanyol. Madrid sukses mendapatkan Di Stefano, sekaligus sukses menyabet sederet gelar, pada tahun 50-an.
Nama-nama bintang seperti Bernd Schuster, Michael Laudrup, Luis Figo, Luis Enrique, Ronaldo Hingga Messi, semuanya pernah merasakan tinggal di dua klub tersebut. Mereka merasakan kerasnya bermain di El Clasico. Figo pernah dilempar kepala babi dalam sebuah pertandingan, oleh pendukung Barcelona yang marah dengan keputusan Figo menyebrang ke Madrid dari Barcelona. Latar belakang panjang inilah yang menyebabkan laga El Clasico selalu panas, sengit dan keras.


New La Masia


Beberapa waktu silam Barcelona memutuskan untuk menutup La Masiayang lama, mereka membangun gedung baru yang lebih mutakhir dan serba modern dan dua hari lalu hal itu baru saja resmi diwujudkan dengan opening ceremony yang meriah.Bangunan yang berdiri kokoh di sebelah kompleks latihan Joan Gamper Sports City tersebut diharapkan bakal menjadi kawah candradimuka jagoan-jagoan masa depan Los Fantasticos, tempat lahirnya Xavi, Fabregas ataupun Messi yang baru.Acara pembukaan ini dihadiri sang Presiden saat ini Sandro Rosell, pelatih Josep Guardiola, kapten tim saat ini Carles Puyol, serta perwakilan anggota tim junior yang sedang mengenyam pendidikan di La Masia. Video pembukaan tersebut juga bisa disimak di bawah ini.



La Masia- Akademi Sepakbola Barcelona

Rumah berdinding batu itu tampak biasa-biasa saja jika dibandingkan dengan Stadion Nou Camp yang agung dan megah, yang jaraknya hanya sepelemparan batu. Namun, bekas rumah pertanian khas Catalunia abad ke-18 itu punya peran lebih penting pada perjalanan prestasi klub sepak bola Barcelona. Itulah La Masia de Can Planes, yang menjadi jantung pasukan ”L’equip Blaugrana” dan menjadi tonggak paling penting dalam sejarah klub juara Eropa 2009 itu.

Dari rumah batu itulah lahir pemain-pemain bintang yang musim lalu menjadi pilar tim asuhan Pep Guardiola saat merebut treble winner: Carles Puyol, Xavi Hernandez, Victor Valdes, Gerard Pique, Andres Iniesta, Sergio Busquet, Bojan Krkic, dan tentu saja Lionel Messi. Bahkan, La Masia adalah almamater bagi sejumlah pemain bintang yang bersinar di Eropa, seperti Cesc Fabregas (Arsenal) atau Jose Manuel Reina (Liverpool).

Guardiola sendiri alumnus La Masia. Pada usia 13 tahun, dia meninggalkan kehangatan rumah orangtuanya di Santpendor, sekitar 70 kilometer dari Barcelona, untuk berlatih di La Masia pada tahun 1984. Delapan tahun kemudian, mimpi Guardiola menjelma menjadi kenyataan. Pada tahun pertamanya di tim senior pada 1992, Barcelona menjadi juara Piala Champions (sekarang bernama Liga Champions). Tujuh belas tahun berselang, Guardiola mencatat sejarah lagi. Dalam tahun pertamanya sebagai pelatih, dia merebut Liga Champions, plus dua trofi lain, Liga Spanyol dan Piala Raja.

Diresmikan sebagai pusat pelatihan bagi tim yunior Barcelona pada 20 Oktober 1979, La Masia menjadi salah satu kamp paling elite bagi bakat-bakat super dari seluruh dunia. Dalam 30 tahun, sebanyak 450 pemain bola muda memancangkan mimpinya di bangunan dengan luas 610 meter persegi tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 40 pemain menjadi pemain utama Barcelona, sementara sisanya menyebar di klub-klub lain di Spanyol dan pelosok Eropa.

Sukses La Masia, menurut Carles Folguera yang menjadi direktur di kamp itu sejak 2002, adalah kombinasi antara tradisi citra klub yang penuh gaya, permainan menyerang, dan pendidikan multidimensional. ”Yang membedakan kami adalah pendidikan yang berlangsung selama 24 jam sehari dalam tujuh hari sepekan,” ujar Folguera kepada Reuters, pekan lalu.

”Tak ada satu pun bakat (pemain) yang tak bisa kami asah. Kami punya barisan profesional yang mampu memenuhi semua kebutuhan pemain-pemain muda penuh bakat yang haus dan punya mimpi besar menjadi juara,” kata Folguera yang mantan kiper tim hoki Barcelona.

Barangkali kombinasi yang diutarakan Folguera ada benarnya sebagai kunci sukses La Masia. Namun, kombinasi itu tak akan pernah berjalan tanpa kehidupan normal penghuni kamp yang masih berada di permulaan masa remaja. Mereka sungguh menjalani kehidupan seperti anak sebayanya.

Saat ini ada 60 penghuni kamp La Masia. Sepuluh di antara mereka menempati bekas rumah pertanian yang berlantai dua dan sisanya menempati asrama yang menyatu dengan Nou Camp.

Seperti remaja lain, penghuni La Masia memulai kegiatannya pada pukul tujuh pagi di kelas mengikuti pelajaran sekolah. Kegiatan sekolah berakhir pada pukul satu saat makan siang. Setelah istirahat sebentar, mereka belajar secara mandiri selama dua setengah jam. Pada pukul enam sore, para talenta yang sebagian berasal dari Brasil, Argentina, Hongaria, Georgia, Kamerun, dan Senegal ini berlatih sepak bola di kamp latihan Sant Joan Despi. Pukul 21.15 mereka makan malam dan lampu asrama dimatikan pukul 23.30.

Pekan lalu, saat La Masia merayakan ulang tahun ke-30, Guardiola ditanya kesan-kesannya tinggal di asrama bersejarah itu. ”Saya ingat hari pertama saat orangtua saya mengantar dan membekali saya dengan makanan yang enak,” kenang Guardiola. ”La Masia adalah pilar penting klub. Di sini kami menjaring bakat, mendidik agar mereka punya bekal berharga, bukan hanya bagi sepak bola, tetapi juga bagi kehidupannya.”

Kesaksian Guardiola dibenarkan Guillermo Amor, gelandang yang pernah tinggal di asrama La Masia antara 1980 dan 1988. ”Para guru dan pembimbing di sini memberikan bekal bagi kehidupan pribadi. Meskipun tidak masuk dalam tim utama, Anda tetap punya bekal untuk hidup pada arah yang lain, atau bahkan hidup dengan cara yang lain,” ujar Amor yang sejak hijrah dari Barcelona bermain untuk Fiorentina, Villarreal, dan Livingston.

”Sangat tidak mungkin, saat Anda melewati La Masia, untuk tidak menoleh ke sebuah tempat yang dulu sempat menjadi rumah Anda,” ujar Amor.

Jika La Masia memberikan bekal kehidupan pada arah yang lain bagi Amor, Guardiola sungguh menikmati brand of style kawah candradimuka yang juga melahirkan sejumlah pemain tenar seperti Sergi Barjuan, Ivan de la Pena, dan Sergio Garcia tersebut. Seperti kata Folguera, Guardiola sungguh menjiwai seni sepak bola menyerang yang bak ”setiap tarikan napas” setiap penghuni La Masia.

Musim lalu, sepak bola indah dan mematikan Barcelona menggenggam dunia dengan tiga mahkota bergengsi. Musim ini, mereka tetap superior dalam persaingan dengan Real Madrid yang musim panas lalu membelanjakan uang sekitar Rp 2,7 triliun untuk membangun ”Los Galacticos” baru.

inilah contoh anak2 hasil didikan akademi la masia
 messi,xavi dan iniesta

 valdes dan reina

anak2 ketika sedang ingin bertanding



La Masia Academy

Sabtu, 05 November 2011

Kenapa Fans Barca Di Sebut Cules?

SUPORTER Barcelona zaman dulu sering disebut cules. Kata ini merujuk pada cul yang dalam bahasa Catalan berarti punggung. Jadi, para suporter itu disebut punggung.


Lalu, kenapa sebutan itu jadi milik para suporter Barcelona?

Sebelum Stadion Camp Nou dibangun, klub yang didirikan pada 29 November 1899 ini hanya memiliki stadion yang sangat sederhana. Stadion itu hanya dikelilingi tembok sederhana dan sering kapasitasnya tak bisa menampung jumlah penonton yang datang.

Karena itu, sebagian penonton biasanya mengambil tempat di tembok itu. Mereka duduk berjajar di tembok. Dari luar, orang-orang yang lewat hanya bisa melihat punggung para penonton yang nangkring di tembok itu.

Karena itu, sering ada anekdot bahwa para penonton itu disebut cules. Lambat laun, sebutan itu menjadi melekat kepada suporter Barcelona.



Barcelona sendiri baru bisa membangun stadion lebih bagus pada 20 Mei 1922. Stadion bernama Les Corts itu berkapasitas 30.000 orang. Sejak Les Corts berdiri, tak terlihat lagi penonton yang duduk di tembok dan terlihat punggungnya dari luar.


Foto saat para fans barcelona menonton pertandingan yang hanya nampak punggung dari luar stadion




Apalagi, setelah stadion yang akhirnya dinamakan Camp Nou itu diperluas lagi menjadi berkapasitas 60.000 penonton. Setelah mengalami beberapa renovasi, Camp Nou kini memiliki kapasitas 99.354 penonton

Pendiri FC Barcelona

Joan Gamper ( lahir 22 November 1877 dan meninggal 30 Juli 1930) sebelumnya dia dikenal sebagai Hans-Max Gamper adalah salah satu pelopor sepakbola Swiss, yang telah mendirikan klub sepak bola di Swiss dan Catalonia ( Spanyol ), terutama FC Basel , FC Zurich dan FC Barcelona.


Pada awalnya Hans-Max Gamper yang lebih dikenal dengan nama Joan Gamper pergi ke Barcelona pada tahun 1898 untuk mengunjunjungi pamannya, Emili Gaissert, yang tinggal di Barcelona


Gamper sedang dalam perjalanan ke Afrika untuk membantu mendirikan perusahaan gula, tapi Gamper terpesona oleh keindahan kota Spanyol dan memutuskan untuk tinggal di Spanyol. Sebagai seorang akuntan, Gamper menemukan sebuah pekerjaan di Perusahaan Kereta Api sebagai kolumnis olahraga dan bekerja untuk dua surat kabar Swiss. Gamper bergabung dengan Gereja Injili Swiss lokal dan mulai bermain sepak bola di dalam masyarakat Protestan lokal di distrik SarriĆ -Sant Gervasi . Dia juga menghadiri Sole Gimnasio dan membantu menerbitkan sebuah majalah, Los Deportes.


Pada 22 Oktober 1899 Gamper menempatkan iklan di Los Deportes menyatakan keinginannya untuk membentuk sebuah klub sepak bola. Sebuah respon positif yang menghasilkan sebuah pertemuan di Sole Gimnasio pada tanggal 29 dan lahirlah Futball Club Barcelona. Para pendiri termasuk penggemar yang berasal dari Swiss, Inggris dan Spanyol, tidak mengetahui jika Gamper memilih warna untuk Blaugrana seperti FC Basel.


 Meskipun Gamper yang membentuk FC Barcelona, Gamper lebih memilih hanya untuk menjadi anggota dewan dan kapten klub. Gamper bermain 51 pertandingan untuk FC Barcelona pada tahun 1899 sampai dengan 1903, mencetak 120 gol. rekan satu tim nya termasuk Arthur Witty . Pada tahun 1900-1901 Gamper salah satu pemain yang memenangkan piala pertama untuk FC Barcelona, Macaya Copa . Kompetisi ini sekarang diakui sebagai kejuaraan pertama di Catalan. Pada tahun 1902 Gamper bermain di final Copa del Rey . FC Barcelona kalah 2-1 untuk Club Vizcaya .